Sumba, NTT – Tim Lembaga Pengelola Energi Terbarukan (LPET) melaksanakan pemasangan pompa air tenaga surya atau solar pump di Sumba, NTT pada Senin (04/07/2022).
Gambar 2 orang dari desa sedang mengambil air di bak penampung sementara
Setelah melakukan survei pada bulan Juli tahun 2021 dan sosialisasi pada bulan April 2022, tim LPET yang terdiri dari Bapak Daniel Pianka, Ibu Emerita Setyowati, dan Ibu Anita Yuan kembali bertolak dari Yogyakarta ke Sumba, NTT pada Minggu (03/07/2022) untuk pemasangan system pompa air tenaga surya pertama di desa Kadaghu Tana, Sumba Barat Daya, tepatnya di Gereja Kristen Alkitab Indonesia Jemaat Kuriakon Habu. Terdapat 2 pompa lainnya yang siap dipasang pada bulan Agustus tahun ini untuk 2 desa lainnya di Sumba Tengah dan Sumba Barat.
Gambar rangkain panel surya (kiri) dan titik sumur bor (kanan)
Beberapa kesulitan dalam proses pemasangan dialami tim karena dalamnya sumber mata air yang ditemukan (mencapai 112 meter) dan sempitnya ukuran dinding sumur yang dibuat, namun proses pemasangan system akhirnya berhasil. Proses pemasangan solar pump melibatkan kerja sama dengan CV. Sinar Harapan, distributor resmi pompa tenaga surya Lorentz di Sumba, NTT, seorang alumni Fisika UKRIM yang berdomisili di Sumba, Rio Febriato Bokol, dan beberapa masyarakat desa. Pemasangan komponen-komponen utama selama tim berada di lokasi berlangsung selama 3 hari dimulai pada Senin (04/07/2022) dan sekembalinya tim ke Yogyakarta, perampungan seluruh system (tandon air, jaringan pipa, dan smartTAP) dilanjutkan oleh tim CV. Sinar Harapan dan Rio.
Gambar Pak Daniel dan masyarakat memasang smartTAP (kiri), Ibu Emerita, Rio, dan Pak Daniel sedang mengamati pump controller (kanan)
Pak Adios selaku pemimpin gereja setempat mengaku sangat senang dengan bantuan ini. Beliau bercerita betapa sulitnya desa tersebut dengan akses air bersih hingga dijuluki “Hapuning Waio” yang artinya Kampung Air Tersembunyi. Penduduk desa dulunya memotong pohon pisang untuk mengumpulkan air, anak sekolah hanya mencuci muka dari embun-embun yang tertinggal di daun pohon singkong. Di masa yang lebih modern, penduduk desa bersama-sama membangun bak penampung air dan membeli air dari kota dalam jangka waktu tertentu. Ada pula penduduk yang jalan berkilo-kilo meter untuk mengambil air di desa-desa tetangga. Air yang didapatpun tidak terjamin kebersihannya, tidak jarang mereka mendapat air dengan rasa payau.
Gambar Pak Daniel (kiri) dan Pak Adios (kanan)
Namun, sekarang dengan adanya solar pump di Gereja bapak Adios, masyarakat sekitar tidak perlu lagi melakukan hal-hal tersebut. Masyarakat sekitar diijinkan datang ke gereja untuk mengambil air sesuai kebutuhan mereka.
“Kini desa ini bukan lagi Kampung Air Tersembunyi tetapi kampung berbagi air” begitu ucap Pak Adios saat menyampaikan ucapan terima kasih pada tim.
Gambar anak-anak jemaat gereja di Gereja Pak Adios.
Kedepannya, tim akan membantu pak Adios dalam mengatur pengelolaan ekonomi yang tepat bagi masyarakat yang menerima manfaat solar pump ini agar system yang telah dibangun dapat beroperasi berkelanjutan.
Gambar (searah jarum jam) Ibu Emerita, Pak Daniel, dan kontraktor, Sekretaris PU Sumba Tengah, masyarakat, dan Kepala Bagian Dinas PU Sumba Barat saat sedang melakukan rapat persiapan instalasi di bulan Agustus.